JUJUR MEMBAWA KETENANGAN 

Dalam bahasa Arab, kata jujur sepadan dengan kata as-shidqu atau shidiq, yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong. Jadi, jujur adalah perilaku mengungkapkan kebenaran sesuai kenyataan dan menghindari kebohongan.

Sifat jujur juga termasuk sifat yang wajib pada diri Rasulullah SAW seperti yang kita tahu ada empat yaitu sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), fatanah (cerdas).

Saking pentingnya kejujuran dalam Islam, Alquran sampai menyebut kata as-shidqu atau jujur disebut sebanyak 153 kali dalam ayat yang berbeda.

Sahabat Nabi sekaligus khalifah pertama dalam Islam, Abu Bakar, sampai mendapatkan gelar as-shiddiq karena selalu jujur dan mempunyai keberanian serta keistikomahanya dalam menampakan sikap jujur. 

Karena bersikap jujur adalah keutamaan. Bersamanya ada ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Kejujuran adalah ketenangan, sementara kebohongan adalah kegelisahan.” (HR. Turmudzi).

Kejujuran merupakan mata uang yang berharga dimana pun. Oleh karena itu islam menjujung tinggi sifat jujur. 

Tetapi ada 3 keadaan yang diperbolehkan untuk berbohong yaitu 

Laki-laki yang berbohong dalam peperangan, mendamaikan di antara yang bertikai dan laki-laki yang berbohong kepada istrinya untuk membuatnya ridha.” 

Pertama, berbohong dalam peperangan. Dalam perang membela agama, maka diperbolehkan mengeluarkan strategi untuk mengelabui musuh. Nabi mengatakan  الحرب خدعة, yaitu perang adalah tipu daya.


Kedua, berbohongnya suami terhadap istri atau istri terhadap suami. Ini dilakukan untuk meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan

Ketiga, dengan mengatakan kebohongan di antara orang yang bertikai. Namun pada akhirnya akan menghilangkan perpecahan dan menyatukan keduanya.

Teladan Kejujuran

Mengenai kejujuran ini ada satu kisah yang sangat inspiratif dan mengharukan. Kisah ini termaktub dalam satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Pada Perang Tabuk ada tiga puluh ribu sahabat yang keluar bersama Nabi. Perang itu terjadi pada bulan Agustus, cuaca sangat panas. Sementara jarak yang ditempuh tidak kurang dari 1000 km.

Orang-orang munafik mulai mencari-cari alasan dan tidak ikut serta. Akan tetapi, ada tiga orang sahabat yang jujur yang juga tidak ikut serta bersama Nabi (Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’). Di antara mereka adalah Ka’ab bin Malik.

Ka’ab berkata, “Nabi keluar bersama pasukan. Aku berjanji, “Besok aku akan menyusul mereka.” Sampai akhirnya mustahil bagiku menyusul mereka. Aku pun menyusuri jalan-jalan Kota Madinah, yang kutemui hanyalah orang-orang munafik yang memang sudah diketahui kemunafikannya dan orang yang sakit parah.

Ketika Nabi kembali, aku merasa sangat sedih. Maka aku bertanya pada diri sendiri, “Apa yang akan aku katakan kepada Nabi? Bagaimana bisa terlepas dari kemarahan beliau besok?” Saat itu, mulailah terpikir dalam benakku untuk berbohong.

Tetapi, ketika Nabi datang, pikiran bodoh itu lenyap dariku dan aku bertekad untuk jujur. Nabi pun masuk dan duduk. Mulailah orang-orang munafik menemui beliau seraya berkata, “Maafkan aku, wahai Rasulullah…., maafkan aku wahai Rasulullah.”

Mereka bahkan bersumpah kepada Nabi. Nabi pun menerima pengakuan lahiriah mereka, memintakan ampunan untuk mereka, membaiat mereka, memperbarui janji setia mereka, dan menyerahkan segala rahasia mereka kepada Allah Ta’ala.

Mereka keluar dengan rasa bahagia. Lalu tibalah giliranku menghadap. Aku masuk menemui Nabi, beliau tersenyum hambar, menunjukkan kemarahan. Beliau bertanya kepadaku, “Kemari, mengapa engkau tidak ikut? Bukankah engkau sudah membeli kendaraan?”

Ka’ab pun menjawab, “Wahai Rasulullah, demi Allah, seandainya aku duduk di hadapan para penguasa dunia selainmu, tentu aku akan mencari alasan agar selamat dari murkanya. Aku pandai berargumen. Namun, wahai Rasulullah, seandainya sekarang aku mengatakan sesuatu yang kusukai, kemungkinan besar Allah membuatmu murka padaku.

Tetapi, jika aku mengatakan sesuatu yang jujur, aku mengharap balasannya dari Allah. Demi Allah, tidak ada alasan bagiku untuk tidak ikut.”

Mendengar hal itu, Nabi bersabda, “Ini pengakuan yang jujur. Bangkitlah sampai Allah memberikan putusan kepadamu.” Nabi pun memberikan hukuman dengan melarang kaum Muslimin berbicara dengan Ka’ab selama 43 hari yang disempurnakan menjadi 50 hari.

Ka’ab melanjutkan kisahnya, “Ketika aku pergi dari hadapan Nabi, datang beberapa orang dari Bani Salamah (salah satu kabilah Anshar), sembari bertanya, “Mengapa engkau tidak berbuat seperti fulan bin fulan dengan mencari alasan. Nabi pasti memintakan ampunan untukmu. Bukankah kau lihat Nabi memintakan ampunan untuk mereka?”

Karena terus diberi masukan seperti itu, Ka’ab nyaris kembali kepada Nabi untuk berbohong. Hanya saja ia kembali sadar. Hingga akhirnya turunlah firman Allah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. 9: 119).

Medengar ayat tersebut, Ka’ab pun menghadap Nabi di masjid. Nabi sangat bahagia melihat kehadiran Ka’ab, demikian pula dengan Ka’ab. Lalu Ka’ab berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, yang membuatku selamat adalah kejujuran. Dan di antara taubatku adalah bahwa setelah ini aku hanya akan berbicara jujur.

Dikutip dari “https://alhikmah.ac.id/jujur-senjata-utama-selamat-dari-neraka/#:~:text=%E2%80%9CHai%20orang%2Dorang%20yang%20beriman,QS.%209%3A%20119).”

Kisah ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad  yang artinya “Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke syurga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu akan menghantarkan pada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kedustaan maka ia akan dicatat sebagai pendusta (HR.Muslim)”

Semoga kita senantiasa bisa berlaku jujur dalam setiap keadaan dan mudah-mudahan Allah bimbing kita menuju jalan kebaikan . Aamiin

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top