Hidup ini adalah sebuah pembelajaran. Setiap harinya kita belajar dan belajar… belajar tidak terbatas ruang, waktu dan sosok kepada siapa kita belajar.
Cakupannya sangat luas dan panjang.
Belajar tidak melulu di dalam kelas, ada jadwal dan ada sosok guru yang sudah senior dan sangat berpengalaman dalam menjalankan kehidupan ini.
Tidak terbatas itu. Pada kesempatan ini aku ingin sedikit menceritakan pengalaman dan proses pembelajaranku dalam menjalankan kehidupan ini.
Seperti yang aku katakan belajar tidak terbatas pada ruang, waktu dan orang.
Bahkan dari seorang anak kecil pun kita bisa belajar dan secara tidak langsung mereka pun mengajarkan kita.
Pada dasarnya aku tidak begitu senang dan memiliki kesabaran yang lebih dalam menghadapi anak-anak.
mungkin karena aku anak bungsu yang artinya aku tidak punya adik dan aku tidak terbiasa menghadapi sikap anak kecil dibawah usiaku.
Tetapi aku tidak se kaku itu terhadap anak kecil, mungkin aku senang apalagi kalau anaknya menggemaskan dan cerewet atau ada saja tingkahnya yang menarik namun dalam hal pengajaran aku belum terlalu mampu dan bisa.
Aku saat ini mengajar di sebuah ya bisa dibilang TPA.
Sebenarnya aku punya sedikit basic mengajar dan sedikit demi sedikit pernah terlatih menjadi pengajar.
Tetapi aku akui, dari sekian banyak kalangan yang aku ajari berdasarkan usianya mengajar anak kecil adalah tantangan terbesar.
Berbeda ketika kita mengajar anak SMP, SMA atau ibu-ibu.
Justru mengajar anak kecil sangat membutuhkan effort yang lebih.
Selain itu sebenarnya sebelum mengajar di Huffadz Junior aku sudah pernah mengajar anak kecil. Waktu itu TPA dan TK. hehee dan itu tidak bertahan lama.
Saat pertama kali aku datang dan memperkenalkan diriku respon anak-anak itu sangat baik. Selayaknya anak-anak.. Mereka selalu antusias setiap harinya. Nah, ini pembelajaran yang pertama yang bisa aku ambil dan aplikasikan dalam kehidupanku.
Hendaknya kita harus selalu ber antusias dan bersemangat dalam melakukan kegiatan positif, bukan malah malas-malasan dan ogah-ogahan.
Bayangkan saja, rata-rata anak yang mengaji di Huffazh Junior adalah anak SD yang sudah memiliki banyak kegiatan.
Pagi sampai siang hari mereka bersekolah dan sore hari mereka tetap bersemangat menyambut ilmu dan bermain dengan teman-temannya.
Lalu kita? Masa sebagai orang dewasa kalah dengan semangat mereka?
Selain itu aku juga sedikit terlatih untuk mengatur mood swing ku. Menjadi seorang guru atau pengajar sangat membantu kita untuk memiliki sikap profesional.
Profesional dalam mengajar dalam kondisi mood seburuk atau sejelek apapun, kalau sudah waktunya mengajar kita harus mengajar dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Pembelajaran selanjutnya, aku semakin memahami dan mengenal berbagai karakter setiap anaknya.
Ada yang sangat aktif dan cerewet bahkan sampai kadang tidak bisa berhenti berbicara, ada yang sangat kritis dan selalu mencari jawaban dari pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya, ada yang mungkin lama dalam mencerna sesuatu yang kami sampaikan, ada yang sangat pendiam bahkan untuk mengeluarkan huruf ‘Ba’ saja dia sangat malu dan takut, ada yang sudah bisa menempatkan dirinya dengan baik kapan dia harus kritis, kapan dia harus diam memperhatikan gurunya saat menjelaskan, kapan dia harus aktif dan bermain dengan teman-temannya.
Dan begitulah sedikit gambaran tentang karakter karakter yang aku temui disini.
Dari mereka aku belajar bagaimana cara bersikap. Bagaimana aku memperlakukan mereka tergantung pada karakter mereka masing-masing.
Aku tidak boleh kaku, tetapi harus bisa bersikap flexible.
Dan bukankah itu juga yang Rasulullah ajarkan pada kita?
Rasulullah jaman dahulu dalam menyikapi sahabatnya selalu menyesuaikan bagaimana karakter sahabatnya, artinya Rasulullah punya sifat ke flexibelan.
Dan sebenarnya 4 sahabat Rasulullah sudah mewakili setiap karakter yang ada pada manusia.
Saat aku mengajar aku tidak bisa menyamakan responku terhadap si A dan si B.
Apabila si A adalah sosok yang pendiam dan kebalikannya B adalah yang heboh bahkan cenderung berlebihan, aku harus bisa bersikap sesuai dengan karakter mereka.
Artinya pada si A aku harus lebih sering ajak ngobrol dan memancing dia untuk bisa lebih berani mengeluarkan atau mengungkapkan perasaanya.
Sebaliknya treatment kepada si B aku harus membantu dia untuk bisa sedikit menahan lisan dan tingkahnya setiap waktu. Aku harus menyampaikan bahwa ada waktu-waktu khusus kita harus bersikap menjadi seorang yang diam dan tidak terlalu heboh.
Dan begitu seterusnya,
Beda karakter anak, beda treatment yang kita lakukan.
Pembelajaran yang begitu besar bukan? Bahkan dari mereka ‘seorang anak kecil’ kita bisa belajar.
Selanjutnya aku belajar bahwa benar yang dikatakan Rasulullah,
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasululah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang mebuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari No. 1319. Muslim No. 2658) .
Setiap anak terlahir dengan fitrahnya, mereka ibarat kertas putih yang suci
Kertas itu mau diisi apa, mau digambar apa itu semua tergantung orang tua atau pengajarnya.
Tanggung jawab yang begitu besar untuk kita semua.
Mungkin saat ini aku belum menjadi seorang ibu biologis untuk anak-anakku, tetapi dengan aku mengajar di Huffazh Junior aku adalah ibu ideologis bagi mereka, murid-muridku.
Ilmu apa yang aku sampaikan, itulah yang terekam dan akan mereka ingat sampai tua nanti.
Oleh karena itu aku belajar untuk sangat berhati-hati terhadap sikap dan perkataan yang aku sampaikan kepada mereka.
Mereka adalah peniru paling handal, syukur-syukur saat aku salah mereka bisa meluruskan atau mengingatkannya namun kalau mereka mencontoh dan mengamalkannya sampai besar nanti itu justru akan menjadi boomerang bagiku, naudzubillah min dzalik.
Penutupan dari sedikit pengalamanku diatas, bahwa kita sebagai manusia selain tugas utama kita diutus ke muka bumi ini menjadi khalifah dan abid yang beribadah kepada Allah SWT
Kita juga diharuskan terus belajar dan belajar dalam setiap detiknya.
Jangan pernah remehkan sesuatu yang kita anggap kecil, mungkin anak kecil dari segi usia, pengalaman hidup dna ukuran tubuh mereka dibawah kita
Tetapi tanpa kita sadari mereka banyak mengajari kita menjadi manusia lebih baik setiap harinya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu Allah beri taufik dan hdayahNya. Dan semoga Allah rizkikan kita semua pasangan dan keturunan yang sholih-sholihah yang cinta Allah, Rosul dan KitabNya, menjadi pemimpin para orang sholih.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Aamiin Yaa Rabbal’alamin.