Perjalanan itu dimulai ketika aku memutuskan untuk merantau jauh dari kedua orang tuaku . tahun 2014 tepatnya, saat aku harus melanjutkan ‘perjalanan menuntut ilmuku’ di Pulau Jawa. Yaaa, aku memang lahir di Pulau Jawa, kota Cianjur tepatnya. Kedua orangtuaku asli Suku Sunda, namun aku tumbuh di besarkan di Papua, kota Timika atau Kota Dollar tepatnya. Kota yang tak banyak orang tahu tentangnya. Singkat cerita aku memutuskan untuk melanjutkan studyku di sebuah kota yang cukup asing di telingaku . ‘Kota Karismatik’ itulah slogan dari kota Madiun. Sebuah kota yang terletak di bagian barat wilayah Jawa Timur.
Aku masuk di sebuah Pesantren Tahfidzul Qur’an. Artinya sebuah pesantren yang berfokus kepada hafalan Al-qur’an . sebenarnya perjalanan aku sampai di pesantren ini tidaklah mudah dan singkat. Seperti yang aku katakan di awal tadi ‘singkat cerita’….
Akupun tidak tahu dan banyak tentang kurikulum Pesantren Tahfidzul Qur’an. Seiring berjalannya waktu dan pembiasaan yang di terapkan oleh Pesantren, aku semakin sadar dan paham bahwa perjalanan yang aku tempuh ini bukanlah sembarang perjalanan. Ternyata ada waktu kebersamaan dengan keluarga yang aku korbankan, ada jarak yang begitu terbentang jauh antara aku dan orang terkasihku, ada perjuangan dan air mata yang begitu tak terhitung agar aku bisa bertahan dan menyelesaikannya sampai tuntas. Hingga pada akhirnya aku lulus dari Pesantren itu pada tahun 2018.
Banyak ibrah yang aku dapat selama aku belajar disana, keinginan dan tujuanku semakin terbentuk dan sepertinya aku tahu cara apa yang aku bisa lakukan untuk mencapai tujuan itu. “ menjadi seorang hamba yang taa dan menebar manfaat terhadap sesama” itulah sedikit motivasiku untuk terus maju dan mau belajar. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan kuliahku di sebuah Ma’had Aliy di Kota Solo Jawa tengah. Mahad aliy adalah jenjang perkuliahan yang setaraf dengan Universitas, tetapi Mahad Aliy berbasis pesantren yang biasanya mengharuskan Mahasiswinya bermukim di Asrama yang sudah di sediakan.
Aku menikmati dan sangat mensyukuri belajar disana, aku semakin tersadarkan bertapa bodoh dan miskinnya diri ini terhadap ilmu, apalagi ilmu agama . yang mana itu adalah ilmu yang menjadi bekal untuk melanjutkan perjalananku yang lebih jauh hingga pada akhirnya aku bertemu wajah Rabbku.
Sayangnya , karena takdir yang Allah tetapkan aku tidak bisa melanjutkan dan menyeselainkan perjalananku disana. Tetapi aku selalu yakin bahwa akan ada perjalanan baru yang bisa aku tempuh dengan tujuan yang sama.
Aku kembali ke Cianjur , kota dimana aku dilahirkan. Dan pada akhirnya kedua orangtuaku juga kembali ke kampung halaman mereka karena perjalanan mereka merantau di Kota orang selama hampir 24 tahun telah tuntas. Dan mereka akan melanjutkan perjalanannya kembali di Kota mereka lahir.
Aku tak berputus asa untuk melanjutkan perjalanan baru dalam menuntut ilmu, singkat cerita aku mendaftar di sebuah Ma’had yang berada di Kota Jakarta Selatan dan alhamdulillah aku lulus tetapi jadwal masuknya 6 bulan lagi tepatnya di bulan Februari 2021. Artinya akan ada senggang waktu yang aku miliki . tak ingin waktu 6 bulan itu terbuang sia sia ternyata aku menemukan dan aku tertarik dengan sebuah iklan ‘Dauroh Tahfidz program 6 Bulan’ yang akan dilaksanakan di Kota Bogor. Tak pikir panjang akupun mendaftarkan diriku dan kembali melanjutkan perjalanan menuntut ilmuku yang sempat tertunda beberapa waktu.
Di tempat baruku Bogor ternyata program yang aku harapkan tak sesuai, aku dan kawan lainnya di tempatkan di sebuah Mahad Aliy yang cukup dikenal banyak orang. Dan para pengajarnya pun bukan orang sembarangan, yaitu para Masyaikh yang Lembaga tersebutkan datangkan langsung dari berbagai Negara, seperti Sudan, Maroko, Mesir dan Yaman..
Kami hanya menumpang tempat tetapi tidak mengikuti program yang Ma’had tersebut jalankan.
Lalu bagaimana dengan program Dauroh yang aku daftar tadi ?
Hehehhee… hasilnya tidak ada, bahkan tidak ada guru langsung yang di hadirkan, kurikulum yang kurang jelas dan lain lain… aku meghafal berdasarkan inisiatif sendiri , dan aku saling menyetor dengan kawanku.. Aku tidak mau menjadikan keadaan alasan untuk aku berkeluh kesah, karena sebelumnya begitu banyak keluh kesahku dan nyatanya keluh kesah itu menghasilkan apa apa..
Saat itu aku hanya ingin fokus mempersiapkan diriku untuk bertemu dibulan Februari 2021 sebagai mahasiswi yang sudah memiliki cukup hafalan.
Keadaan tidak membuatku berputus asa.. Selalu ada cara Allah untuk menolong hambaNya yang memiliki keinganan yang kuat dan hati yang jujur atas keinginan itu.
Bahkan Rosulullah sudah mengingatkan kita bahwa “in tashduqillaha yashduqka”.
Jika engkau jujur kepada Allah niscaya Allah akan jujur kepadamu.
Arinya ketika kita memiliki keinganan yang kuat dan kita jujur terhadap diri kita sendiri dan Allah atas keinginan itu maka Allah pun akan jujur dengan mewujudkannya.
Karena di Ma’had yang aku bilang tadi banyak pengajar dari luar keadaan ini menjadi kesempatan aku untuk sedikit mengambil pelajaran yang di sampaikan para Syaikhoh disana bahkan aku sempat betalaqi dan mendnegarkan bacaanku kepada salah satu ustdzh disana. Ustdzh Aisyah namanya , asli Yaman dan sudah menyelesaikan Kuliahnya sampai S2 dan memiliki sanad Qiro’ah Sab’ah.
Walau saat menyetor pun aku masih terkendala oleh bahasa yang belum bisa aku kuasiai.. Tetapi aku bersyukur dan terus berterimkasih kepada Allah atas kebaikan yang Dia hadirkan melalui perantara orang -orang baik dan para Guru yang semoga Allah menjaga mereka.
Program dauroh berjalan begitu saja tanpa ada kepastian arahnya mau dibawa kemana, hingga akhirnya di penghujung tahun 2020 guru kami yang mengdakan program ini tiba-tiba menawarkan bahwa yang bisa tuntas menyelesaikan ziyadahnya sampai 30 juz maka akan ada program Umroh dan belajar beberapa bulan di Kota Makkah, kota yang semua rindu dengannya.. Aku tidak banyak berekspetasi karena aku hanya ingin menuntaskan program ini dan melanjutkan perjalananku di Kota Jakarta tadi..
Singkat cerita aku tawarkan dan ‘sedikit’ aga di bujuk untuk mau ikut dan rela memilih program ini ketimbang kuliahku yang mungkin sudah jelas waktu , keadaam da tempatnya.
Ini dilema bagiku.. Karena ini adalah kesempatanku untuk mewujudkan mimpi dan memenuhi rinduku terhadap tanah Haramain.. Dengan bermodal Doa aku mencoba meyakinkan kedua orangtuaku. Yang pada akhirnya semua urusan administrasi keberangkatan sudah selesai dan aku benar benar yakin untuk meninggalkan Lembaga yang sudah menerimaku.
………..
“Bismillah semoga ini jalan terbaik yang Allah beri dan bukan sekedar hawa nafsuku” kalimat ini yang selalu aku ucapkan untuk terus meyakinkan diri…
Urusan administrasi selesa, pasport, visa sudah jadi.. Tinggal tiket yang dipesan… dan ternyata takdir Allah berkata lain, hari dimana Visa ku keluar hari itu pula penerbangan ke Madinah ditutup dan jamaah yang sudah berada di bandara di pulangkan.
Pasti kalian semua ingat tentang berita ini… yaa, saat Covid 19 mulai muncul dan tersebar.