Pesaing Terberat

Terkisah di dalam suatu universe, terdengar kabar bahwa akan diadakan sebuah sayembara. Itu adalah sayembara kolosal yang belum pernah ada sebelumnya. 

Hadiah bagi pemenangnya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Siapapun berharap memenangkannya, bahkan oleh entitas yang tidak mengikuti sayembara. Terlepas dari apa sayembaranya, bagaimana bentuk lombanya, apa tantangannya, kualifikasi apa yang dibutuhkan, berapa lama rentang waktunya, siapa saja pesaingnya dan berbagai aspek lainnya, siapapun berharap mendapatkan hadiah itu. Pasalnya, hadiah itu berharga di semua universe di lintas ruang dan waktu. Terberkatilah entitas yang mendapatkan sesuatu yang dijadikan sebagai hadiah sayembara itu.

Tiba saatnya perlombaan, ternyata sayembara itu sudah dimulai jauh sebelum kabar itu mulai terdengar dibicarakan. Penyelenggara sayembara menjadikan semua entitas sebagai pesertanya. Dalam keadaan sadar ataupun tidak, semua entitas berada di dalam arena perlombaan. Adapun yang tidak sadar, mereka tidak merasa dipaksa ikut serta dalam sayembara tersebut. Adapun yang sadar, mereka merasa terhormat menjadi peserta perlombaan ini. Sungguh Penyelenggara sudah menegakkan hujjah dan memberikan fasilitas yang terlampau cukup bagi siapapun untuk bisa memenangkan sayembara itu. 

Ternyata bukan hanya satu, dua atau tiga entitas yang berpeluang mendapatkan hadiah-hadiah tanpa cela yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata tadi, tapi semua. Iya, semua. Sekali lagi, semua entitas berpeluang memenangkannya. 

Hadiah yang berharga di segala universe lintas ruang dan waktu itu tidaklah sesuatu yang murah meskipun bisa dimenangkan oleh semua entitas. Tidak juga sesuatu yang kecil sehingga tidak perlu diacuhkan. Tidak juga sesuatu yang tidak dibutuhkan sehingga tidak perlu diperjuangkan. Tidak juga sesuatu yang renewable sehingga bisa dengan mudah dikonsumsi dan diproduksi kembali.  

Hanya pihak Penyelenggara yang kuasa membuatnya. Walaupun begitu berharganya sesuatu itu di segala universe lintas ruang dan waktu, pihak Penyelenggara bisa memberikan sesuatu itu secara cuma-cuma karena sifat maha daya, mulia dan dermawan yang dimiliki. Tanpa harus merasa ada yang berkurang akibatnya. Sayangnya, banyak entitas yang tidak menyadari sebagian pemberian itu di universe ini.

Baiklah, mari kita sebut saja tokoh pertama dengan A, kedua B, ketiga C, keempat D, kelima X. Mereka adalah sebagian entitas peserta lomba di universe ini. Setidaknya merekalah yang paling outstanding. 

Selanjutnya untuk menceritakan tentang karakter entitas peserta lomba di universe itu, bentuk lomba dan seterusnya, saya akan menggunakan logika di Bumi.

Padanan sayembara semacam itu di Bumi mungkin adalah lomba lari. Mereka berlomba dalam suatu lintasan dengan berbagai rintangan untuk mencapai garis finish. Uniknya, rintangan dan garis finish antar tokoh berbeda. Syarat dan ketentuan telah dirancang dan ditimbang sedemikian rupa sempurna sehingga hal itu bukanlah suatu ketidakadilan.

A adalah entitas yang jika dibersamai sampai mati akan menghalangi sohibnya masuk surga meskipun dia mati syahid¹. Nasib sohibnya menggantung tidak pasti apakah akan selamat ataukah binasa², dan sebenarnya sohibnya mendapat kehinaan di siang hari dan kegelisahan di malam hari³. Maka urusan terkait entitas ini harus dituntaskan demi kemaslahatan bersama.

B adalah entitas yang merupakan provokator terjadinya kerusakan pada akhlak dan jiwa manusia yang berimplikasi pula pada perekonomian dan sosial kemasyarakatannya. B dapat menumbuhkan kedengkian dan kebencian di masing-masing individu masyarakat. Demikian juga menjadi sebab tersebarnya kejahatan dan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan karena individu masyarakat yang berinteraksi dengan B terbawa sifat menang sendiri dan tidak mau membantu kecuali dengan imbalan keuntungan tertentu, sehingga kesulitan dan kesempitan orang lain menjadi kesempatan emas dan peluang untuk mengembangkan hartanya dan mengambil manfaat sesuai hitungannya. Semua yang terlibat dilaknat⁴, percayalah terlalu mengerikan mengetahui berbagai ancamannya.

C adalah entitas yang keberadaannya antara ada dan tidak ada.  Yang jelas, ketika kesempatan membersamai entitas ini telah benar-benar hilang maka itulah penyesalan terdalam dan tersakit yang bisa dirasakan oleh manusia yang masih hidup.

D adalah entitas yang paling diharapkan keberadaannya. Semakin cepat ada, semakin baik. Semakin tertunda, semakin tersesat.

X adalah entitas yang paling abstrak. Dia adalah objek yang tidak teridentifikasi. Dia tidak bisa diprediksi pergerakannya. Begitu ia muncul, berubahlah vibes di sekitarnya. Terputuslah segala kelezatan⁵.

Manakah yang paling cepat datang ke akhir perlombaan dan memenangkannya? Siapakan yang duluan sampai di antara A, B, C, D dan X?

Sementara A, B, C dan D sedang berpacu di arena perlombaannya masing-masing, X bisa saja melakukan sabotase sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjuangannya. Pada dasarnya,  semua entitas akan menang jika berhasil menuntaskan misinya sebelum dihampiri oleh X.

Tahukah engkau siapa saja mereka itu?

A adalah “Membayar Hutang”

B adalah “Pekerjaan Ribawi”

C adalah “Bakti Kepada Orangtua”

D adalah “Taubatan Nasuha”

X adalah “Ajal”

Jadi, siapakah yang akan duluan sampai? Membayar hutang kah atau ajal? Resign dari pekerjaan ribawi kah atau ajal? 

Berbakti kepada orangtuakah atau ajal? Baik ajal orangtua atau ajal diri sendiri, sempatkah misi berbakti terlaksana sebelum datangnya? 

Terakhir, taubatan nasuha kah atau ajal? 

Entah mana yang akan duluan sampai

_Selesai_

Catatan kaki:

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ مَرَّتَيْنِ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

Demi yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh lagi dua kali, dan dia masih punya hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai hutangnya itu dilunasi.” (HR. Ahmad)

  1. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.” (HR. Tirmidzi)

  1. Umar bin Abdul Aziz berkata,

ﻭﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ﺃﻥ ﻻ ﺗُﺪﺍﻳﻨﻮﺍ ﻭﻟﻮ ﻟﺒﺴﺘﻢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺀ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺪّﻳﻦ ﺫُﻝُّ ﺑﺎﻟﻨﻬﺎﺭ ﻭﻫﻢ ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ، ﻓﺪﻋﻮﻩ ﺗﺴﻠﻢ ﻟﻜﻢ ﺃﻗﺪﺍﺭﻛﻢ ﻭﺃﻋﺮﺍﺿﻜﻢ ﻭﺗﺒﻖ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﺎ ﺑﻘﻴﺘﻢ

“Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berhutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya hutang adalah kehinaan di siang hari kesengsaraan di malam hari, tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah-tengah manusia selama kalian hidup.” (Lihat kitab Umar bin Abdul Aziz Ma’alim Al Ishlah wa At Tajdid, 2/71, karya DR. Ali Muhammad Ash Shallabi)

  1. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim, no. 1598)

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi)

Jakarta, 25 September 2022

Annisa Senja Rucita (rucitasenja)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top