Motivasi Umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Kala Gentar dan Ragu Melangkah

Bismillah

Terkadang dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita dirundung masalah atau gangguan pihak-pihak tertentu hingga membuat kita gentar dan ragu melangkah. Kita menjadi takut dan tidak tegas dalam membuat keputusan. Jika sudah begitu, mari kita ingat kembali siapa dan bagaimana tokoh panutan kita sebagai seorang muslim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzaab: 21). 

Allah subhanahu wa ta’ala mendatangkan sifat kerasulan sebagai ‘illah (sebab), artinya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi sosok uswah yang baik (suri teladan yang baik) karena beliau adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam hal ini Allah subhanahu wa ta’ala telah membuat skenario contoh kasus yang lengkap melalui kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua yang dibutuhkan oleh masyarakat Islam sudah ada pada amalan-amalan yang telah dikerjakan dan disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam 

Di antara sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemberani dan tegas. Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ، وَأَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَشْجَعَ النَّاسِ، وَلَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَانْطَلَقَ النَّاسُ قِبَلَ الصَّوْتِ، فَاسْتَقْبَلَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَدْ سَبَقَ النَّاسَ إِلَى الصَّوْتِ، وَهُوَ يَقُولُ: لَنْ تُرَاعُوا لَنْ تُرَاعُوا. وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ لِأَبِي طَلْحَةَ عُرْيٍ، مَا عَلَيْهِ سَرْجٌ، فِي عُنُقِهِ سَيْفٌ، فَقَالَ: لَقَدْ وَجَدْتُهُ بَحْرًا. أَوْ: إِنَّهُ لَبَحْرٌ

Dari Anas radhiyallahu anhu berkata, “Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah sosok manusia yang terbaik, orang yang paling dermawan, dan paling pemberani. Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara, lalu orang-orang keluar ke arah datangnya suara itu. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang hendak pulang dari tempat suara tersebut. Rupanya Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah mendahului mereka ke tempat datangnya suara itu. Beliau bersabda, ‘Jangan takut, jangan takut!’ sambil mengendarai kuda yang dipinjamnya dari Abu Thalhah. Beliau tidak membawa lampu dan sambil menyandang pedang (yang digantung) di leher kuda tersebut. Beliau bersabda, “Aku mendapati kuda ini bagaikan lautan” atau “Sesungguhnya kudanya seperti lautan” (maksudnya berlari sangat kencang).

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, kitab al-Adab, Bab Akhlak yang Baik dan Kedermawanan, nomor 6033, dan Imam Muslim dalam dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ Muslim, kitab al-Fadhāil, Bab Keberanian Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Beliau Terdepan dalam Peperangan, nomor 2307.

Keberanian di medan perang

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Kuperhatikan diri kami saat Perang Badar. Kami berlindung pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan orang yang paling banyak ditimpa kesulitan”. (Riwayat Ahmad 619 dan Ibnu Abi Syaibah 32614).

Keberanian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya juga tampak pada Perang Uhud. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak gentar pasukan Muslim diserang kaum musyrik yang kemudian mengepung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan melukai wajah Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam

Tujuh orang pasukan pelindung Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan Anshar pun tewas dalam keadaan syahid. Meski pasukannya terpukul, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pasukan Muslim bangkit kembali untuk melawan musuh Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyadari Ubay bin Khalaf sedang mendekatinya untuk menyerang. Namun, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyambar tombak dari tubuh sahabat yang berikut berperang, Harits bin As-Shamit. Harits terkejut, dan para sahabat lain pun langsung menyebar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menancapkan tombak tersebut ke tulang selangka Ubay hingga dia terpental dari punggung kudanya beberapa kali.

Keberanian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga dibuktikan dalam Perang Hunain. Saat itu pasukan musuh Islam berjumlah 12 ribu sedangkan di sekitar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya ada sekitar seratus sahabat. Dalam kondisi demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap berlari ke arah musuh. 

Dari Ibnu Ishaq, ada seseorang bertanya kepada al-Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, “Apakah kalian lari dari sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Perang Hunain?” al-Bara’ menjawab, “(Ya) Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berlari mundur, walaupun orang-orang Hawazin adalah pemanah handal. Ketika menghadapi mereka, awalnya kami berhasil memukul mundur mereka. Orang-orang pun berpaling menuju harta rampasan perang. Ternyata, mereka (suku Hawazin), dengan tiba-tiba menghujani kami dengan anak panah sehingga orang-orang (para sahabat) kalah. Aku menyaksikan Rasulullah bersama Abu Sufyan bin Harits yang memegang tali kendali keledai putih Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau meneriakkan,

أَنَا النَّبِيُّ لاَ كَذِبْ أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ

“Aku seorang nabi tidak dusta. Aku putra Abdul Muthalib.” (HR. al-Bukhari 2709 dan Muslim 1776).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Ini adalah puncak keberanian yang sempurna. Dalam keadaan perang sengit, pasukan tengah terpukul mundur, dan hanya dengan menunggangi keledai, hewan yang tidak bisa berlari kencang, tidak mampu dipakai bergerak maju mundur untuk menyerang atau melarikan diri, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menerobos musuh sambil meneriakkan nama Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal itu, agar orang yang tidak mau mengenal Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sampai hari Kiamat sudah tahu tentang Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam…” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/357).

Ya, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebut namanya di tengah keadaan sengit itu, seolah hendak menegaskan ‘akulah nabi putra Abdul Muthalib yang kalian cari itu’. Sedikit pun Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak gentar.

Ketegasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam 

Ketegasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya dapat dilihat pada sikap Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menghadapi utusan petinggi yang ternyata adalah nabi palsu.

Dalam kitab As Sunan (Kitab Al Jihad, Bab Ar Rusul hadits no, 2 380), Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud. 

Ketika menerima dua utusan nabi palsu, Musailamah al-Kazzab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka: ”Apa yang kalian katakan (tentang Musailamah)? Mereka menjawab, ”Kami menerima pengakuannya (sebagai nabi)”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ”Kalau bukan karena utusan tidak boleh dibunuh, sungguh aku akan memenggal leher kalian berdua”.

Riwayat ini menunjukan ketegasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap orang yang mengakui kenabian Musailamah. Tetapi, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang etika diplomatik yang tinggi, beliau membiarkan begitu saja kedua utusan nabi palsu itu.

Mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memerangi Musailamah? Ibn Khaldun menjelaskan masalah ini bahwa ”Sepulangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Haji Wada’, beliau kemudian jatuh sakit. Tersebarlah berita sakit tersebut sehingga munculah Al Aswad Al Anasi di Yaman, Musailamah di Yamamah dan Thulaihah bin Khuwailid dari Bani Asad, mereka semua mengaku mereka adalah nabi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam segera memerintahkan untuk memerangi mereka melalui surat edaran dan utusan-utusan kepada para gubernurnya di daerah-daerah dengan bantuan orang-orang yang masih setia dalam keislamannya. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tegas menyuruh mereka semua bersungguh-sungguh dalam jihad memerangi para nabi palsu itu sehingga Al Aswad dapat ditangkap sebelum beliau wafat. Pasalnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir. Maka mengimani nabi palsu tersebut sama dengan mengingkari ayat Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi, beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah terhadap segala sesuatu Maha mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 40)

Demikianlah beberapa gambaran sikap berani dan tegas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan tokoh panutan kaum muslim. Semoga dapat menjadi pelajaran. 

Wallahu’alam

Jakarta, 08 Oktober 2022

Annisa Senja Rucita (rucitasenja)

Referensi

Andirja, F. (n.d.). Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat-21. Bekal Islam. Retrieved October 8, 2022, from https://bekalislam.firanda.com/12412-tafsir-surat-al-ahzab-ayat-21.html

Anshar, M. (2022, July 5). NABI MUHAMMAD SEORANG PEMBERANI. Markaz Sunnah. Retrieved October 8, 2022, from https://markazsunnah.com/nabi-muhammad-seorang-pemberani/

Hadi, N. (n.d.). Kepahlawanan dan Keberanian Rasulullah ﷺ – Cerita kisah cinta penggugah jiwa. Kisah Muslim. Retrieved October 8, 2022, from https://kisahmuslim.com/5281-kepahlawanan-dan-keberanian-rasulullah-%EF%B7%BA.html

Mukhtar, U. (2021, April 19). Keberanian dan Ketangkasan Rasulullah SAW Saat Perang. Republika. Retrieved October 8, 2022, from https://www.republika.co.id/berita/qrsdxd320/keberanian-dan-ketangkasan-rasulullah-saw-saat-perang

Nashrullah, N. (2020, April 2). Sikap Tegas Rasulullah dalam Hadisnya Terhadap Pengaku Nabi. Republika. Retrieved October 8, 2022, from https://www.republika.co.id/berita/q85yix320/sikap-tegas-rasulullah-dalam-hadisnya-terhadap-pengaku-nabi

Nashrullah, N. (2020, December 1). Nabi Muhammad SAW Dikenal Lembut, Tapi Pernah Tegas? Republika. Retrieved October 8, 2022, from https://www.republika.co.id/berita/qknshm320/nabi-muhammad-saw-dikenal-lembut-tapi-pernah-tegas

Wahyudi, A. (2017, November 27). Tiada Nabi Lagi Sesudah Beliau! Muslim.or.id. Retrieved October 8, 2022, from https://muslim.or.id/5632-tiada-nabi-lagi-sesudah-beliau.html

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top