Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik makhluk melebihi kemampuan makhluk lain, seperti jin, hewan, bahkan malaikat. Tak heran jika manusia dikaruniai sebuah gelar oleh Allah yaitu menjadi seorang ‘Khalifah’ yang berarti pengganti, pemimpin atau penguasa. Dalil yang menyebutkan bahwa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30.
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Gelar ‘Khalifah’ dalam ayat tersebut tidak semata-mata Allah berikan disertai dengan memberikan keunggulan kepada manusia yaitu berupa ‘akal’. Dalam mengemban tugas kekhalifahan, yaitu membangun dan memakmurkan bumi, Allah jadikan manusia mempunyai naluri mempertahankan hidup di tengah semua jenis makhluk yang ada di bumi baik yang jenisnya sama (manusia) ataupun makhluk yang lainnya. Naluri tersebut merupakan pendorong bagi manusia untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, beribadah, dan lain lain.
Selain menjadi khalifah, manusia juga diciptakan untuk beribadah kepada Allah, seperti yang tertera dalam Q.S Adz-Dzariyat ayat 56 berikut.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku
Menjadi khalifah dan beribadah merupakan tujuan dari diciptakannya manusia di muka bumi serta berkewajiban untuk melaksanakannya, sedangkan ibadah manusia akan terlaksanakan dengan baik jika kebutuhan manusia sudah terpenuhi, sehingga pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan hal yang wajib bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diraih yaitu dengan bekerja dan berusaha. Dalam bekerja kita mengenal istilah ‘bisnis’. Kata bisnis termasuk ke dalam perbendaharaan kata dalam bahasa indonesia yang berasal dari bahasa inggris yang berarti ‘buying and selling, commerce, trade, yakni jual beli, perdagangan atau perniagaan’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bisnis diartikan sebagai ‘usaha dagang; usaha komersial dalam perdagangan’. Jadi bisnis merupakan interaksi antara dua pihak tertentu untuk saling mendapatkan manfaat satu sama lain.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ‘bisnis’ dikenal dengan istilah ‘muamalah’. Muamalah dalam Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di antaranya ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya.
Dalam berbisnis, semua manusia sepakat, meskipun secara tidak tertulis, bahwa target manusia dalam setiap usaha yang dilakukan adalah untuk meraih kesuksesan, mendapat untung dan terhindar dari kerugian. Tetapi kebanyakan manusia hanya menerapkan hal ini dalam usaha dan urusan yang bersifat duniawi belaka, sedangkan untuk urusan akhirat mereka hanya merasa cukup dengan ‘hasil’ yang pas-pasan dan seadanya. Ini merupakan refleksi dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadap dunia dalam diri manusia.
Jika berbisnis ketika di dunia hanya sekedar untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia dan adakalanya dalam setiap berbisnis mengalami untung dan ruginya, lalu bagaimanakah jika bisnis yang kita lakukan bisa tersebut bisnis yang tidak akan pernah membawa kerugian? jawabannya yaitu berbisnis dengan Allah. Berbisnis dengan Allah yaitu berbisnis mengenai akhirat. Dalam banyak ayat al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan amalan-amalan shalih, lahir dan batin, yang disyariatkan-Nya untuk mencapai keridhaan-Nya dan meraih balasan kebaikan yang kekal di akhirat nanti sebagai “tijaarah” (perniagaan). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang menyibukkan diri dengan hal tersebut berarti dia telah melakukan ‘perniagaan’ bersama Allah Ta’ala, sebagaimana orang yang mengambil bagian terbesar dari perniagaan tersebut maka dialah yang paling berpeluang mendapatkan keuntungan yang besar.
Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang membahas mengenai bisnis, diantaranya yaitu Q.S Ash-Shaff ayat 10-12 berikut.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Hai orang-orang yang beriman, suka kah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.”
Amalan dalam ayat tersebut merupakan ‘perniagaan’ yang paling agung, karena menghasilkan keuntungan yang paling besar dan kekal abadi selamanya, inilah ‘perniagaan’ yang dengannya akan diraih semua harapan kebaikan dan terhindar dari semua keburukan yang ditakutkan, inilah perniagaan yang jelas lebih mulia dan lebih besar keuntungannya daripada perdagangan duniawi yang dikejar oleh mayoritas manusia.
Amalan lain yang jika dikerjakan manusia dengan ikhlas semata-mata karena Allah, maka kita tidak akan pernah merugi, sebagaimana yang tertera dalam Q.S Fathir ayat 30 berikut.
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-Qur’an), mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Amalan-amalan dalam ayat tersebut merupakan salah satu upaya atau usaha kita dalam melakukan perniagaan dengan Allah, yang mana perniagaan tersebut kita lakukan semata-mata untuk mengharap ridho Allah SWT. Dalam kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata, “(Inilah) perniagaan yang tidak akan merugi dan binasa, bahkan inilah perniagaan yang paling agung, paling tinggi dan paling utama, yaitu perniagaan untuk mencari ridha Allah, meraih balasan pahala-Nya yang besar, serta keselamatan dari kemurkaan dan siksaan-Nya. Ini mereka raih dengan mengikhlaskan niat mereka dalam mengerjakan amal-amal shalih serta tidak mengharapkan tujuan-tujuan yang buruk dan rusak sedikitpun.”
Selain ayat Al-Quran, terdapat juga hadits yang menjelaskan tentang perniagaan dengan Allah, sebagai berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah sangat mahal, dan ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga.” (HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan al-Hakim (4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahiihah, no. 954 dan 2335).
Dalam hadits tersebut Allah SWT menghadiahkan berupa surga bagi orang-orang yang melakukan perniagaan dengan Allah melalui semua amal perbuatan yang ia kerjakan hanya dengan mengharap rahmat dan keridhoan-Nya. Orang yang mendapatkan barang yang sangat istimewa yaitu surga, pastilah diperoleh dengan cara yang tidak mudah, butuh perjuangan dan kerja keras dan keistiqomahan yang tinggi dalam menjalankannya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita semua rahmat, kemudahan dan keistiqomahan untuk senantiasa beribadah dan taat kepada-Nya sehingga kita bisa mendapatkan hasil dari bisnis yang kita lakukan dengan Allah berupa surga.
Aamiin Allahumma Aamiin
Jakarta, 27 Agustus 2022
Empong Sandi Ami (@esandyamiiii)