Siang dan malam berlalu, hari terus berganti tanpa henti, waktu terus berjalan tanpa pernah berhenti walau hanya sesaat. Umur kian bertambah, namun rasanya, kian hari, hati ini menjadi asing. Semua terasa semu, kosong, bahkan hampa. Walau telah mendapat berbagai macam hal yang diinginkan, akan ada hal baru yang terus mengantri setelahnya. Lalu, kita merasa bukan ini yang kita didambakan. Namun, apa?
Mungkin, kita semua pernah berada di fase ini. Ketika semua menjadi ambang-ambang semata, dan tak ada kejelasan yang pasti. Terbesit dalam hati, untuk kembali bangkit di hari esok. Tapi, apakah yakin kau akan benar-benar memulainya?
Ketika hati merasa sepi, percayalah, ada yang menanti. Ada yang selalu menunggumu untuk kembali mengingatnya, ada yang tak pernah berhenti memberi walau kita tak menyadarinya, ada yang berharap dirimu berjalan kepadanya untuk kemudian ia berbalik lari kepadamu.
Ia-lah Allah. Allah lah yang selalu ada untukmu. Sang pencipta langit, bumi dan segala yang berada di dalamnya. Allah selalu membimbingmu agar kembali padaNya, memberi petunjuk dan arah dalam setiap langkah, menerangi dalam kegelapan, meluaskan dalam kesempitan, menurunkan rezeki dari arah yang tak pernah disangka-sangka.
Hati ini sudah kotor, perlu dibersihkan dan diisi kembali. Salah satu caranya ialah membaca dan memahami ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi mengenai akhirat yang merupakan awal dari segalanya. Kehidupan sementara di dunia ini, jika tidak dimaksimalkan untuk kehidupan berikutnya, hanya akan menjadi sia-sia belaka. Karena, hakikat kehidupan sebenarnya ialah setelah kehidupan itu sendiri, setelah kematian yang entah kapan akan menghampiri. Kita tidak bisa memilih pada saat kehidupan kelak, karena semuanya telah kita tentukan sebelum kehidupan yang abadi itu dimulai, Iya, di dunia yang fana ini.
Untuk permulaan, mari kita bandingkan gadget yang selalu berada dalam genggaman dan Al-Qur’an yang berada di sudut lemari. Apakah keduanya memiliki keadaan yang sama? atau apakah intensitas penggunaan keduanya dalam kehidupan sehari-hari ini seimbang, yaitu tak condong di salah satunya saja? Hanya dirimu sendiri yang bisa menjawabnya.
Dalam proses untuk mendekat kembali, memang tak mudah. Dimulai dari membiasakan diri membuka lembar demi lembar yang telah usang, mempelajari makharijul huruf dan juga tajwid yang sudah menjadi tak segar di ingatan. Bahkan mempelajari dan memahami kembali ayat yang pernah menjadi teman sehari-hari. Karena, sesungguhnya tak ada yang instan di dunia ini, tapi semua jerih payah yang dilakukan sekarang akan terasa efeknya di kemudian hari, semua yang dilaksanakan akan berbalik, bahkan ratusan balasan kebaikan menanti.
Waktu yang ada di bumi ini sama, 24 jam sehari, siang dan malam. Maka, permasalahan disini bukanlah tentang kita meluangkan waktu kita untuk mempelajari Al-Qur’an. Bukan. Karena sebenarnya, dan seharusnya, Al-Qur’anlah yang menjadi prioritas kita. Bagaimanapun dan seperti apapun kondisi yang dihadapi, merupakan kebutuhan kita untuk terus mempelajari kehidupan akhirat. Al-Quran kelak yang akan menemani di liang lahat. Bukan objek lain yang menjadi kepentingan kita di dunia. Al-Qur’an akan menerangi, menolong, menemani dan menjadi syafaat di hari akhir. Tergantung dari interaksi diri dengan Al-Qur’an.
Juga, dalam hal mempelajari Al-Qur’an, kita harus mempunyai pembimbing, guru, ataupun pendamping agar tak salah memahaminya, karena Al-Qur’an tidak dapat dipelajari dengan sendiri, banyak hal tersirat yang diteliti puluhan tahun oleh para ahli tafsir, makna yang dimiliki pun sangatlah dalam dan luas.
Dan mungkin, ketika diri sudah merasa jenuh dan tak sanggup lagi merupakan ujian dari Allah. Atau bahkan, yang Allah inginkan ialah kita terus mendekat dengan-Nya, membaca terus menerus kitab Al-Qur’an, mengoreksi bacaan yang tak pernah terlepas dari kata luput, dan Al-Qur’an sebagai perantara dan penunjuk lamanya kita berusaha menggapai kehidupan akhirat yang tak berujung itu. Allah ingin tahu, bagaimana hamba-Nya mampu bertahan dan mengamalkan ilmu yang ia punya, bagaimana hamba-Nya tetap istiqamah di jalan yang sedang ditempuh walau berliku-liku dan penuh dengan tantangan. Di penghujung, akan ada ganjaran yang diberikan, bahkan berlimpah ruah dan tak dapat dibayangkan oleh diri kita sendiri.
Maka mulailah membaca Al-Qur’an, kembali menikmati ketenangan yang dirasakan ketika melihat Al-Qur’an, mempelajarinya dimulai dari huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat, surat demi surat, bahkan juz demi juz. Ketika merasa berat untuk menjalaninya, cobalah kembali mengumpulkan informasi mengenai Al-Qur’an, yang memiliki banyak keutamaan di dalamnya, baik untuk kehidupan dunia ataupun kehidupan akhirat. Juga membaca arti dan tafsir dari ayat agar kita selalu teringat akan ancaman dan peringatan Allah kepada orang terdahulu, juga balasan yang kelak akan didapat oleh orang-orang yang selalu beriman dan juga mengerjakan kebajikan di dunia.
Kemudian, tidak sepatutnya kita sekadar berkenalan dengan Al-Qur’an, mari kita mulai mendekatinya kembali, lalu menjadikan Al-Qur’an sebagai teman sehari-hari, bahkan menjadi sahabat yang akan memperoleh kata ‘saling’. Saling mengerti, saling memahami, saling menjaga, saling menemani, dan saling lainnya. Simpan Al-Qur’an di lubuk hati kita, maka kelak hati kita pun akan tersimpan dalam Al-Qur’an. Tak akan saling terpisah, tak ada yang dapat menjauhkan satu sama lain. Semuanya terikat dengan keikhlasan.
Alhamdulillah, ketika saya menemukan program HafizhahPengusaha ini, saya kembali terpacu untuk lebih mempelajari dan memahami Al-Qur’an. Membiasakan diri untuk membaca dan mempelajarinya secara lebih dalam dimulai dari matahari belum menampakkan sinarnya hingga ia kembali sembunyi di tengah gelap malam, hal ini akan memupuk ketenangan yang dirasakan dalam hati.
Membiasakan diri untuk kembali merutinkan kegiatan yang dulu melekat namun kini telah memudar, dimulai dari membuka mata ketika orang lain masih terpejam, mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat tahajjud, sembari berdoa dengan khusyuk di sepertiga malam, tilawah Al-Qur’an sekaligus menunggu waktu sholat shubuh datang, menjawab adzan yang sedang berkumandang. Kemudian kembali melaksanakan sholat sunnah rawatib, sholat wajib di awal waktu, membaca Al-Ma’tsurat secara rutin setiap pagi dan petang, muraja’ah hafalan yang dimiliki secara kelompok bersama rekan agar saling terjaga hafalan yang dimiliki, lalu menyetorkan hafalan baru kepada ustadzah, yang Insyaallah akan selalu membuat kita lebih baik dari hari ke hari. Menyadari kesalahan dan memperbaiki diri sedikit demi sedikit, yang akan menjadi bukit. Kiat menghafal Al-Qur’an ialah pengulangan. Maka, ada target pengulangan bacaan agar hafalan yang dimiliki menjadi kokoh dan kuat. Juga, di masa kelak kita tidak sekadar ‘pernah menghafal’ tapi benar-benar tertancap dengan kuat hafalan yang dimiliki.
Ingatlah, Al-Qur’an mempunyai banyak sekali kebaikan di dalamnya. Karena, dalam Al-Qur’an, satu huruf yang dibaca mendapat 10 kebaikan. Di dalam ayat “alif lam mim”, kita tidak hanya mendapat 1 kebaikan, namun 30 kebaikan, yaitu dari huruf alif, lam, dan mim. Belum lagi, Allah akan selalu memberikan buah kebaikan dari kebaikan yang kita amalkan. Tak pernah terhitung baiknya Allah, yang selalu memberi kita bonus dalam kebajikan dan tak memberi tambahan dalam keburukan.
Jadi, tunggu apalagi? Mari kita kembali menuju pedoman hidup yang memiliki banyak sekali kebaikan dan misteri di baliknya. Ganjaran yang diterima akan melebihi dan melampaui usaha yang kita kerahkan di masa ini. Tidak ada saat yang tepat untuk memulai, kecuali dari saat ini juga, walaupun sedikit demi sedikit.
Jakarta, 13 Agustus 2022
Abidah Nurul Fathiyah (@abidahnf)