Inspiring Greatest Oum al-Banine

Saat sekarang ini lembaga pendidikan tinggi Universitas sudah menjamur hampir di seluruh penjuru negara di dunia, di indonesia saja tercatat 2684 universitas yang kampusnya tersebar di seluruh Indonesia, Namun pernahkah terlintas di benak kita siapa pencetus pertama dari Universitas? 

     Dialah Fatimah Al-Fihri, Dikutip dari buku “Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016)”, Fatimah merupakan seorang janda Muslim kaya yang bertekad menggunakan harta warisannya untuk sesuatu yang mulia, ia terkenal dengan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan pada abad ke-9. 

       Perempuan yang lahir pada pada tahun 800M dan diberi nama lengkap  Fatimah Muhammad Al-Fihri ini merupakan putri seorang pengusaha kaya bernama Muhammad al-Fihri. Fatimah dijuluki sebagai Oum al-Banine, yang mempunyai makna ibu dari anak-anak Fes. Sosok perempuan inspiratif ini masih belum banyak diulas oleh media secara mendetail maka tidak heran bagi beberapa orang nama Fatimah Al-Fihri masing asing terdengar. Semestinya sosok perempuan hebat satu ini dapat dijadikan role model pada zaman sekarang. Lebih lanjut simak artikel seputar Fatima Al-Fihri berikut.

Mengenal Sosok Fatimah Al-Fihri

   Menelusuri kehidupan Fatimah Muhammad Al-Fihri ternyata sosok perempuan hebat ini bukanlah penduduk asli Fes, Maroko dimana Universitas pertama berdiri, tetapi ia berasal dari kota Qairouan, atau pada saat ini dikenal dengan nama Tunisia. Pada waktu itu Qairouan merupakan kota pertama yang menjadi pusat studi Islam di Afrika. Ayah Fatimah, Muhammad al-Fihri, merupakan pedagang sukses yang terpaksa memindahkan keluarganya sejauh lebih dari 1600 km dari Qairouan ke Fes di Maroko, tepatnya pada tahun 818 H Qairouan mengalami pemberontakan terhadap penguasa setempat yaitu Aghlabid. Aghlabid adalah penguasa lokal Qairouan yang ditempatkan oleh Dinasti Abbasiyah dari pusat pemerintahan di Baghdad. Usaha untuk menggulingkan keluarga Aghlabid gagal, dan setelah pemberontakan itu Aghlabid merespon dengan mengusir 2000 keluarga dari Qairouan, termasuk salah satunya adalah keluarga Fatimah. Pada akhirnya banyak keluarga dari Qairouan yang bermigrasi ke Fes, Maroko dan diterima disana. 

        Sejatinya Fes pada saat itu merupakan kota yang baru saja berdiri di Maroko, oleh karena ia ikut merasakan pasang surut perkembangan negeri Fes, tempat ini sudah layaknya seperti kampung halaman sendiri bagi Fatimah dan keluarganya. Dimasa kepemimpinan Indris II Fes dijadikan sebagai pusat dari kota Maroko, hal ini menjanjikan taraf kehidupan bagi masyarakat di masa depan. Fes memiliki lokasi yang sangat stategis untuk perdagangan sebagaimana halnya Qairouan, berada di dataran yang menjadi perlintasan antara daerah barat menuju Samudra Atlantik, dan daerah Utara menuju Laut Mediterania. Kota Fes dibangun di celah yang membentang melalui Pegunungan Atlas Tengah. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan keluarga Al-Fihri sudah tercatat sebagai pengusaha kaya raya setelah sepuluh bulan menetap di Fes, Maroko. 

      Detail kehidupan Fatimah sangat sedikit diulas media, namun diketahui sedari kecil Fatimah dan Miriam adiknya selalu mendapatkan pendidikan terbaik dari kedua orang tuanya. Setelah dewasa Fatimah mengalami kemalangan yang bertubi-tubi mulai dari kematian orangtuanya, anak serta suaminya, hingga yang tersisa dirinya dan adiknya yang kemudian mendirikan masjid Andalusia. Ditinggalkan orang terkasih kedua kakak beradik Al-Fihri diwariskan harta yang sangat banyak, Fatimah memikirkan bagaimana seharusnya harta yang ditinggalkan dapat menjadi manfaat bagi perkembangan umat, hingga kemudian perempuan ini memutuskan untuk menggunakan hartanya untuk sesuatu yang berbeda yaitu mengalokasinnya untuk membangun sebuah masjid dan lembaga pendidikan untuk masyarakat setempat. Pada tahun 859, di kota Fes, Maroko, Fatimah mendapatkan izin dari penguasa setempat untuk mendirikan sebuah universitas. Hal yang dilakukan oleh Fatimah pada waktu itu adalah suatu hal yang akan mengubah wajah pendidikan di dunia selamanya. Sepanjang proses pembangunan masjid, Fatimah turut serta mengontrol dan mengarahkan semua hal yang berhubungan dengan pembangunan Masjid al-Qarawiyyin. Mulai dari pemilihan lokasi strategis hingga terkait dengan arsitektur bangunannya. Konon, Fatimah gemar berpuasa sunnah selama pembangunan berlangsung. Seluruh biayanya berasal dari kantong pribadinya. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 861 M, masjid megah al-Qarawiyyin dapat berdiri tegak dan mulai beroperasi.

        Kompleks ini kemudian dikenal sebagai masjid dan sekolah Qairouan karena dibangun di bagian Fes di mana sebagian besar pengungsi dari Qairouan, Tunisia, menetap. Pada awalnya, Qairouan memiliki fungsi keagamaan yang sama dengan masjid dan madrasah-madrasah lainnya, yaitu pengajaran tentang ilmu-ilmu tradisional Islam yang menjadi landasan ajaran Islam di mana pun. Tiga bidang studi utama bagi siapa saja yang sedang mempelajari ajaran Islam adalah sebagai berikut ini: Studi Ilmu Tafsir Al-Quran, Studi Ilmu Hadis, dan Studi Ilmu Fiqh. Namun, pada perkembangannya sekolah Qairouan juga menawarkan pelajaran non-Islam sebagai bagian dari pendidikan yang lebih luas, termasuk matematika, astronomi, astrologi, fisika, puisi, dan sastra. Inovasi ini merupakan hal yang penting bagi Qairouan untuk menjadi lebih dari sekedar sekolah keagamaan. Secara bertahap, materi yang dibahas dan diajarkan oleh para cendekiawan muslim mencakup berbagai bidang, termasuk tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi. Pada tahun 859, berdirilah universitas alias jami’ah pertama Al-Qarawiyyin (Jami’ah Al-Qarawiyyin).

       Pada perkembangan lebih lanjut, mata pelajaran pendidikan tingkat tinggi sekarang secara teknis terbuka bagi siapa saja yang memiliki keinginan untuk belajar. Pada akhirnya, yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Qairouan terbukti menjadi momen revolusioner bagi masyarakat manusia, berkembang melampaui zamannya, dan tidak terbatas pada penduduk Afrika Utara saja, tapi merambah ke kalangan muslim Timur Tengah yang lebih luas. Nama Qairouan pun akhirnya berganti dengan istilah Qarawiyyin dan menjadi nama universitas Fatima tersebut. Kini, lebih dari 1.200 tahun berlalu sejak berdirinya pada tahun 859, Universitas Al-Qarawiyyin terus melanjutkan perannya untuk meluluskan mahasiswa dalam berbagai ilmu agama dan fisik hingga hari ini, dan menjadi pusat warisan Fatima Al-Fihri, dan terus merepresentasikan perjuangan wanita Muslim dalam mempelopori perkembangan pendidikan dunia.

         Guinness Book of World Records pada 1998 menempatkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama di dunia yang menawarkan gelar kesarjanaan. Salah satu lulusan universitas tertua di dunia ini adalah, Abul-Abbas, ahli hukum Muhammad al-Fasi, dan Leo Africanus, penulis dan pelancong terkenal. Nama-nama terkemuka lainnya yang terkait dengan institusi ini di antaranya, ahli hukum Maliki Ibn al-Arabi, sejarawan Ibn Khaldun, dan astronom al-Bitruji (Alpetragius). Bahkan sebelum menjadi Paus Sylvester II, Gerbert of Aurillac sempat menimba ilmu di universitas ini. Ia mempelajari matematika dan kemudian memperkenalkan penggunaan nol dan angka Arab ke Eropa. Bahkan, universitas ini secara tak langsung memicu proses Renaisans di peradaban Barat pada ke-15 M, melalui kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang ditransfer para ilmuwan Muslim yang belajar atau yang mengajar di universitas itu.

      Banyak ilmuan muslim tercipta dari lulusan universitas Qarawiyyin, beberapa di antaranya yaitu Abu Abullah Al-Sati, Abu al-Abbas al-Zawawi, Ibnu Rashid Al-Sabti (wafat 1321 M), Ibnu al-Haj al-Fasi (wafat 1336 M), Abu Madhab al-Fas, Ibn al-‘Arabi (wafat 1240), Ibnu Khaldun (wafat 1395), Ibnu al-Khatib, Alpetragius (Al-Bitruji), Ibnu Harazim, Allal al-Fassi, Leo Africanus, Abd el-Karim el-Khattabi, Maimonides (Ibnu Maimun), Muhammad Taqiuddin al-Hilali, Abdullah al-Ghumari, dan banyak ilmuwan lain.

     Sejarah sudah mencatat Fatimah al-Fihri sebagai wanita hebat yang telah mendedikasikan 80 tahun usianya untuk kiblat pendidikan seluruh dunia. Universitas yang telah berhasil dirinya bangun kini menjadi rujukan dunia. Fatimah al-Fihri yang wafat pada tahun 266 H/880 M silam, dirinya sudah meninggalkan dunia ini namun jejak serta karya nya manjadi momentum yang hingga kini masih mengalirkan kebaikan bagi banyak umat di dunia ini, sejarah mencatat akan hal itu.  Sosok Fatimah dikenang sebagai perempuan yang memiliki cita-cita besar dan kukuh dengan prinsip yang dipegangnya. Keteguhannya hatinya sama dengan bakti yang ia tunjukan untuk umat dan peradaban.

Sumber.

https://republika.co.id/berita/islam-digest/kisah/qh28do366/fatimah-alfihri-muslimah-pendiri-universitas-pertama
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-fatimah-al-fihri-pendiri-universitas-pertama-di-dunia-di-era-keemasan-islam-kln.html

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top