Pada saat mengawali tulisan ini berarti sudah empat bulan sejak pertama kali saya memulai ritme kehidupan di Hafizhah Pengusaha, beberapa hal yang dulunya terasa baru kini mulai tidak begitu asing lagi, rentetan kegiatan, beban kerja, pola komunikasi, hingga jam kehidupan, bisa dikatakan saya sudah sedikit berdamai dengannya. Kali ini, saya akan kembali kemasa empat bulan silam sedari 19 Februari 2021 lalu, awal kedatangan di Hafizhah Pengusaha saya diperkenalkan pada jam tidur yang baru untuk mendirikan sholat tahajud, pada jadwal hafalan dan setoran yang sudah sangat lama sejak saya ‘pernah’ melakukannya, pada menu masakan yang jarang saya temui ‘hehe’, pada jadwal dan beban kerja, dan pada tiga orang teman serta tiga orang pembina.
Seperti namanya Hafizhah Pengusaha, kegiatan disini dapat dibagi kepada kegiatan yang berkaitan dengan Hafizhah dan yang berkaitan dengan bisnis. Sisi hafizhah ini diisi dengan kegiatan menghafal, muroja’ah, tahsin, kajian, dan liqo’. Selama proses saya menjalani kegiatan hafizhah, bulan-bulan pertama adalah yang paling berat. Bisa jadi dikarenakan, saat pertama kali disini, saya hanya berbekal hafalan juz 30 yang nyaris tidak pernah muroja’ah, ilmu tajwid dasar yang belum saya kuasai, dan disiplin waktu sholat yang amburadul. Jadi, tugas pertama saya adalah memulai kembali hafalan Qur’an dari An-Naba Juz 30, mulanya saya berpikir karena hafalan ini sudah pernah dihafalkan jadi kemungkinan besar untuk kembali melancarkan mestinya tidak begitu sulit. Namun prasangka saya salah besar akan hal tersebut, setoran pertama saya surah An-Naba’ banyak diinterupsi mulai dari panjang pendek, waqaf, tajwid, dan pada akhirnya saya harus mengulang hingga beberapa kali dan tetap saja tidak pernah menyetorkannya tanpa kesalahan hingga saat ini. Pola ini kembali terulang di surah-surah selanjutnya dalam juz 30, bahkan dalam satu surah saya pernah menyetorkan hingga empat kali surah yang sama. Jadwal hafalan sejatinya terbilang cukup singkat yaitu dimulai dari setelah membaca al matsurat pagi sekitar pukul setengah enam lewat hingga nanti pukul tujuh, dalam jangka waktu tersebut sudah termasuk menyetorkan hafalan dan pada hari-hari tertentu akan ada tahsin, sesi kedua dari tahfizh ini yaitu pada sore hari, sama halnya dengan pagi kegiatan dimulai setelah membaca al-matsurat petang hingga pukul lima tepat, waktu ini lebih diprioritaskan untuk muroja’ah hafalan yang dilakukan secara berpasang-pasangan, selain itu setiap setoran dan muroja’ah memiliki lembar pencatatan mutaba’ah.
Proses saya berjuang dalam menyelesaikan juz 30 ini cukup memakan waktu dari awal februari hingga terbilang tiga bulan setelahnya saya baru menyelesaikannya dan melakukan tasmi’. Pada beberapa kesempatan saya sempat memikirkan kendala-kendala saya dalam menyelesaikan hafalan, dan teringat pada salah satu pembicaraan seorang ustadzah semasa saya kuliah, beliau pernah bilang ‘Al-Qur’an dan ayat-ayatnya itu milik Allah, jadi kewajiban kamu meminta-Nya agar mengizinkan kamu untuk menghafalkannya dan meminta pertolongan dalam menghafalnya. Ustadzah pembina disini juga sering bilang untuk minta pertolongan dan minta ampun pada Allah, perlahan beranjak dari kata-kata mereka saya sedikit mencoba untuk menyampaikan kendala saya lewat do’a, mulai merubah juga perasaan merasa mampu mengafalkan ayat-ayat-Nya, karena jika tanpa seizin-Nya bahkan Basmallah saja mungkin takkan mampu saya baca.
Menjelang libur lebaran saya sudah memasuki Juz 1 pasca tasmi, bercerita sedikit soal tasmi’ di Hafizhah Pengusaha, kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada minggu pagi dari pukul delapan hingga pukul sepuluh, pasangan muroja’ah akan menjadi pihak yang menyimak begitu juga pembina yang sudah sedia dengan lembar tasmi’ untuk mencatat kesalahan dan durasi bacaan, disini kesalahan maksimal adalah sepuluh kali, karena apabila melebihi itu tasmi’ akan dilakukan kembali hari Minggu berikutnya. Terhitung saat saya menggarap diari ini perjuangan saya masih dalam menyelesaikan Juz 1.
Saya sempat menyebutkan perihal tahsin yang dilakukan pada hari-hari tertentu saja, artinya tidak berlangsung setiap hari, dalam kegiatan tahsin dibagi berdasarkan kebutuhan yang mesti diperbaiki dalam bacaan, dan saya dengan segala keterbatasan saya dalam membaca Al-Qur’an, Allah posisikan saya untuk kembali mempelajari iqro’ bersama satu teman lainnya dan dua orang ibu-ibu yang juga mengikuti pembelajaran secara online, dalam perjalanannya saya masih dalam usaha menyelesaikan pembelajaran iqro’. Kajian keagamaan pun rutin dilakukan setiap harinya di sini, biasanya diisi oleh salah seorang pembina yaitu Ustad Zuniar terkhusus pada Rabu malam dan Minggu pagi kami mendengarkan kajian online dari Ustad Abdul Aziz tema kajian pun berbeda di setiap pertemuannya seperti tazkiyatun nafs, fiqh muamalah, kajian rumah tangga, ta’lim muta’alim, kegiatan ini juga bervariasi pada beberapa kesempatan dalam seminggu dengan kegiatan liqo’, syiar, dan writing seperti apa yang saya lakukan saat ini.
Pada beberapa kesempatan dalam hidup saya, saya mendengar omongan atau selentingan yang mengatakan kalau muslim itu harus kaya. Ya, saya setuju dengan hal tersebut, dan berdagang adalah apa yang dilakukan oleh Rasul dahulu, hal-hal mengenai bisnis atau berdagang diajarkan hingga dipraktekan di Hafizhah Pengusaha, jika tadi dalam cerita singkat saya berkisah tentang sisi hafizhah, kali ini saya akan bagikan proses saya dalam mengikuti kegiatan Hafizha Pengusaha dari sisi ‘Pengusaha’, awal perjalanannya saya bersama dengan teman-teman yang lain diminta untuk selesai dengan diri sendiri lebih dulu, yang artinya saya mesti mengenal diri saya kemudian mengetahui apa saja penghambat saya sebelum memulai bisnis, hingga potensi yang sebenarnya ada pada saya dan lingkungan namun belum saya kenali selama ini, hingga pada titik saya benar-benar menyelesaikan permasalahan dengan diri pribadi, meski hal ini lebih terdengar teoritis namun percayalah berbagai upaya seperti membuat SWOT diri, mengaplikasikan metode IKIGAI cukup membantu untuk mengenali diri. Tahapan selanjutnya saya diminta untuk memikirkan ide bisnis, dalam hal ini saya dan beberapa teman yang lainnya membutuhkan waktu cukup lama dalam memikirkannya, ide juga berubah-ubah begitu dipresentasikan dalam bisnis coaching setiap Sabtu, selama prosesi tersebut apa yang sudah digarap akan dipresentasikan di hadapan dua pembina dan pastinya diberi komentar serta masukan, dari yang awalnya saya memutuskan hanya ingin bisnis sendiri pada akhirnya saya memilih untuk melakukan bisnis bersama dua orang teman lainnya, walau sayang sekali dalam perjalan salah seorang teman harus berhenti ditengah jalan dan tinggal saya bersama satu teman lainnya yang menggarap ide serta proposal bisnis. Termasuk beberapa kendala semisal sebersit keinginan untuk menyerah dan pembatalan saya untuk menetap dan berbisnis di Jakarta turut mewarnai pasang surut saya dalam prosesi kegiatan ini. Tidak ada yang mulus, hal yang bisa saya pastikan dalam menjalani rutinitas tersebut. Bersama calon partner bisnis saya, kami sering berdebat dan membicarakan hal yang sebenarnya tidak semestinya dipermasalahkan. Tapi syukurlah hingga pertengahan Juli proposal sudah selesai digarap dan semoga saya sudah akan memasuki tahap percobaan untuk produk bisnis kami. Kedepannya saya berkemungkinan akan kembali ke kampung asal saya, Ranah Minang tercinta dan menjalankan bisnis dari sana sementara calon partner saya akan menjalankannya dari sini. Yub, semuanya dilakukan secara online…
Saya menghabiskan enam bulan masa disini, siang dan malam. Bagian kehidupan lain seperti memasak, bersih-bersih dan bekerja sudah pasti turut mengambil porsi dalam proses saya disini, memasak saja misalnya banyak yang membekas bagi saya selain capeknya ‘hehe’ dari mulai gagap teknologi hingga rasa aneh di masakan mewarnai kisah-kisah memasak. Begitu juga dengan bekerja yang dilakukan dari mulai pukul delapan hingga azan ashar, banyak yang berkesan sekalipun hal tersebut menguras emosi ‘hehe’, dari bekerja hanya mengenakan daster hingga kerja fisik mempacking puluhan orderan. Satu yang pasti, saya banyak belajar darinya dan doa saya semoga apa yang telah diterima, diberi, terlanjur, disengaja maupun tidak, semoga dapat diikhlaskan dan mengikhlaskan serta mendapat Ridho dari-Nya ^^
Akhir tulisan diari dari seorang amatiran ini, saya ingin memberitahu kalau saya bernama Rima Arfa Solia ID toko My LABO ‘bisa search di shopee dan tokopedia hehe..’, also find me on instagram as rimarfa. Banyak pelajaran berharga yang saya peroleh disini, semoga kita dapat bersua kembali entah di dunia atau di surgaNya kelak, Aamiin.