Petualangan 441.9 km

16 Februari 2021 menjelang dzuhur, alhamdulillah tiba di perumahan D’Marco Residence Cilodong Depok, homestead Hafizhah Pengusaha yang pertama. Setelah beberapa hari sebelumnya diinfokan bahwa saya lolos seleksi Hafidzah Pengusaha Scholarship. Saya tahu info seleksi beasiswa ini dari sosial media, tepatnya H-12 jam menjelang penutupan pendaftaran. Saya segera menyiapkan persyaratan mengikuti seleksi beasiswa ini, karena ada beberapa urusan saya baru bisa mengirim berkas persyaratan pukul 23.57 WIB, waktu yang menunjukan berkas persyaratan saya hampir saja ditolak. Atas izin Allah, berkas saya diterima dan saya lolos tahapan demi tahapan tes seleksinya. 

Berbekal dua koper, menempuh jarak sekitar 441.9 km dari kota asal saya di Kebumen menuju Depok tempat homestead Hafizhah Pengusaha berada. Setibanya disana saya di sambut oleh para pembina Hafizhah Pengusaha. Saya beristirahat sejenak sambil menunggu teman-teman lain yang lolos seleksi sampai dari tempat asalnya masing-masing. Menjelang ashar kami berempat yang lolos seleksi sudah berkumpul semua di homestead. Kami mulai berkenalan dengan sesama peserta, dengan pembina, dan lingkungan homestead tempat kami menghafal al-qur’an dan belajar bisnis.

Rutinitas harian saya mulai berubah sejak saat itu. Ngantukan sudah seperti agenda rutin saya setiap saat. Jam tubuh saya masih beradaptasi dengan jadwal yang ada di Hafizhah Pengusaha. Ada jadwal yang saya suka karena menyegarkan mata saya yang ngantukan. Saat di Depok, setiap pagi kami diizinkan ke taman dekat masjid untuk menghafal. Disana banyak pohon-pohon yang hijau dan rimbun. Duduk di bawah pohon tersebut di pagi hari membuat saya menjadi lebih fresh walaupun sebelumnya terasa mengantuk. Kami berada di Depok hanya beberapa pekan, karena selanjutnya homestead kami pindah ke daerah Jakarta Selatan, tepatnya di Jagakarsa.

Di homestead yang berada di Jakarta Selatan, pemandangannya tak kalah hijau, setiap Sabtu pagi kami bisa berjalan pagi keliling komplek sembari menikmati udara pagi dan hijaunya tanaman yang begitu asri lengkap dengan aneka macam bunganya. Awal-awal mengikuti kegiatan ini memang terasa berat, jam tubuh saya belum terbentuk, membuat saya gampang mengantuk dan gampang lelah ketika sedang menghafal atau menyimak kajian dan kegiatan lainnya. Semua memang butuh proses, seperti halnya jam tubuh, hafalan atau hal lainnya memang butuh penyesuaian. Sabar dan selalu berharap agar mampu melalui proses ini suatu saat nanti. Ibarat kata saya datang ke homestead ini dengan membawa 10 hal negatif yang ada di diri saya, saya berharap & berazam saat nanti keluar & selesai mengikuti program kegiatan ini, hal negatif yang ada pada diri saya dapat berkurang atau bahkan hilang. Semua butuh proses, sabar dan pantang menyerah adalah kuncinya.

Karena ditargetkan untuk mutqin, disini setiap hari, kami harus memuraja’ah semua hafalan kami. Saya masih sedikit hafalannya dan begitu lama dalam menambah hafalan baru namun pembina disini begitu sabar membimbing kami. Disamping harus menghafal, kami juga diberi materi tahsin untuk memperbaiki bacaan Al Qur’an, tentang makhraj hurufnya, panjang pendek bacaannya, dengungnya, semuanya diperhatikan. Selain itu ada muraja’ah berpasangan juga setelah almatsurat sore, pasangannya dengan teman-teman peserta Hafizhah Pengusaha, jadi kami bisa saling mengoreksi satu sama lain saat muraja’ah.

Selain menghafal Al-qur’an, setiap malam juga ada kajian dengan tema kajian yang berbeda-beda mulai dari kajian kerumahtanggaan, kajian fiqih muamalah, di ahad pagi juga rutin diadakan kajian tazkiyatun nafs. Selain itu kami juga diajarkan cara membuat toko online di marketplace. Langkah-langkahnya dibimbing oleh pembina sampai kami memiliki toko online masing-masing dan bisa berjualan selama program ini berjalan. Setelah selesai dari program ini pun kami tetap bisa mengakses toko online kami, bisa juga digunakan untuk berjualan produk kami saat kami sudah selesai dengan program di Hafizhah Pengusaha ini.

Kami juga diajarkan cara menyusun proposal bisnis di kelas bisnis coaching. Di kelas ini, kami harus punya dasar mengapa kami ingin menjalankan bisnis tersebut. Kami juga membuat analisa biaya dari usaha yang akan kami bangun. Ada persyaratan yang harus kami penuhi ketika menyusun proposal bisnis ini, kami harus menyelesaikan tilawah harian sebanyak dua juz agar kami bisa mengerjakan proposal ini. 

Setiap malam Ahad, ada kegiatan yang selalu kita tunggu-tunggu, yaitu movie time. Kita bisa menonton film dengan durasi waktu kurang lebih sekitar dua jam, kadang kita juga diberi kesempatan untuk memilih sendiri judul film yang ingin kita tonton di malam itu.  

Selain beberapa pelatihan tersebut, untuk kebutuhan makan sehari-hari, kami harus memasak untuk makan pagi dan makan malam. Menu makannya bervariasi dan bahan bakunya sudah pembina siapkan di kulkas, saya pribadi banyak menemukan bahan baku baru yang sebelumnya belum pernah saya masak, seperti ikan cucut asap, daun gingseng, dan ikan dori yang itu masih asing bagi saya. Untuk bahan baku mentah seperti sayur dan lauk, pembina membelinya secara online, dan kami ada piket bergantian untuk memindahkan stok sayur dan lauk tersebut kedalam kulkas.  

Untuk menjaga kebersihan homestead, kami juga ada piket harian dan piket pekanan. Piket harian biasanya kami membersihkan kantor, kamar, dan mushala dengan disapu dan dipel. Untuk piket pekanannya, kami membersihkan ruangan, kantor, mushola, kamar mandi, dapur, sampai garasi depan dan ini dilakukan dengan cara piket bergiliran. Jadi disini tidak hanya mengaji dan belajar bisnis saja tapi pekerjaan rumah tangga juga tidak diabaikan, karena itu adalah tugas perempuan apalagi saat nanti sudah menjadi istri dan ibu, tentu kita harus pintar-pintar membagi waktu kapan saat mengaji, mengurus bisnis dan mengurus rumah tangga. Disini semua dipelajari, dan setiap hari kami beradaptasi dengan rutinitas tersebut.

Di homestead juga disediakan mesin cuci yang otomatis bilas, tinggal pencet urusan mencuci baju langsung beres. Tapi saya pribadi ternyata lebih senang memakai baju dengan prinsip cuci kering pakai lagi, jadi yang tersimpan di lemari sangat jarang dipakai, dan saat itu saya sadar membawa baju sebanyak dua koper itu terlalu banyak, jadi saat mudik lebaran saya bawa pulang baju saya sebanyak satu koper karena jarang dipakai dan memenuhi lemari ^ ^.

Itu tadi seputar kegiatan-kegiatan yang saya dan teman-teman peserta ikuti di hafizhah pengusaha. Di homestead ini saya mendapat banyak hikmah diantaranya segala hal yang menghambat langkah kita yang hambatan itu bersumber dari diri kita sendiri memang harus sering-sering dilawan. Karena itu langkah awal kita menuju kesuksesan dan keberhasilan. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi para pembaca, untuk hal-hal yang kurang pada tulisan ini, itu semata-mata karena keterbatasan pengetahuan saya dalam menulis. Terimakasih. Barakallahu fiik. Wassalaamu’allaykum wr.wb.

Penulis: Dewi Nur Laeli (@el.nun)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top