Apa sih arti makanan dan minuman bagi kamu?
Mengenyangkan perut, sekedar penghilang lapar dan dahaga?
Menumbuhkan energi?
Biar sehat atau menyembuhkan penyakit?
Bagaimana ‘makanan dan minuman’ tersebut berarti lebih dari sekedar yang diatas. ‘Makanan dan minumam penghilang lapar dan dahaga, penegak tubuh serta lebih bermakna, ia berarti bagi iman seseorang’. Pernah dengar makanan halal dan tayyib, atau halal saja tapi belum tentu tayyib bahkan sebaliknya ia tayyib namun tidak halal. Apakah benar makanan dan minuman yang sifatnya membuat kenyang tersebut berhubungan dengan iman seseorang, simak kisah nyata kami di Hafidzah Pengusaha dalam memanajemen hal bernama ‘makanan dan minuman’….
Dalam Penggalan Surat Al-Baqarah ayat 186, diabadikan aturan terkait makanan bagi umat muslim yang berbunyi : “Wahai sekalian manusia makanlah sesuatu yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”. Diaturnya perihal apa yang kita makan dan minum dalam Al-Qur’an membuat urgensi dari kedua hal tersebut menjadi penting dan mesti ditaruh perhatian padanya, karena hal tersebut tak hanya buat penegak raga namun juga penyehat bagi jiwa. Kalian pasti sudah umum dengan pernyataan apabila tidak mematuhi aturan Allah maka dosalah ganjarannya, persis dengan hal tersebut sekalipun dalam urusan makanan, jangan abai dengan setitik dosa yang bisa menghitamkan hati, melemahkan iman, hingga menutup cahaya kedalamnya.
Sejatinya di Hafidzah Pengusaha kita punya menu yang terbilang sama dengan menu makanan mayoritas masyarakat di luaran sana, kita tetap minum coklat, makan makanan yang sifatnya gorengan, dan nasi. Namun yang perlu diperhatikan adalah kandungannya, setiap kita memiliki pilihan untuk meminum coklat dengan kadar lemak dan gula yang tinggi atau coklat murni, dapat memilih sayur yang mesti diolah dengan minyak goreng ataupun tidak, kita memiliki pilihan untuk menakar porsi makan, karena makan yang nggak terkontrol selain bikin ngantuk juga menimbulkan penyakit toh. Sederhananya mungkin apa yang kita makan disini dititik beratkan pada manfaat dari zat makanan tersebut berlandaskan pada kehalalan serta ketayyibannya. Boleh-boleh saja banyak makanan dengan kandungan bahan kimia atau perisa berlabel halal diluaran sana, namun apakah sudah pasti baik? Belum tentu, sesuatu yang dapat merusak tubuh tidak akan pernah masuk kategori baik.
Disini makanan diolah oleh peserta program serta ustadzah dengan sistem piket, menunya semisal ikan dan daging disandingkan dengan sayur mayur yang banyak mengandung serat, perlu dicatat bahwa menu kami tidak diperbolehkan menyandingkan makanan yang ada di air dan di darat sebagaimana yang sudah diatur oleh Islam, minyak digunakan sangat sedikit dan tanpa tambahan penyedap, proses masakpun terbilang praktis karena menggunakan air fryer, magic yang langsung mengolah beras menjadi nasi rendah gula. Tidak perlu dijelaskan panjang lebarpun menu kami sama dengan masakan lainnya, poinnya tak hanya bagi kami namun juga pada pembaca yang budiman mestilah memperhatikan zat dari makanan tak melihat halalnya saja namun jua tayyib. Makanan yang halal namun tidak baik jelas tidak boleh dimakan contohnya seperti makanan yang dapat membahayakan tubuh, dan memiliki bentuk yang menjijikan. Bagaimana jika sebaliknya, baik tapi belum tentu halal?. Sudah dengan sangat terang kita ketahui yang haram akan medatangkan dosa, dan setiap dosa akan menghitamkan hati, hati yang hitam akan sulit dimasuki cahaya, tidak heran kalau sudah begitu akan malas beribadah, susah dimasuki nasihat baik, dan tidak tertarik dengan hal-hal berbau agama. Terngiang oleh saya pada sebait ucapan ustadzah “sekecil apapun hal yang kita lakukan sekalipun hanyalah tidur selalu lah niatkan untuk sesuatu yang sangat tinggi nilainya, karena kita tidak pernah tau dimana letak suatu keberkahan” sama halnya dengan makan dan minum ini diniatkan untuk menengakkan badan, menambah energi guna beribadah, berikhtiar, menimba ilmu, kelak akan dapat menjadi manfaat untuk umat. Jadi makan tak sekedar makan, jadikan ia bermakna agar bernilai ibadah, jika hanya soal makan dan minum hewan pun juga demikian. Namun yang membedakan kita dengannya adalah kita berdoa akan kebaikan dari makan tersebut, menjadi berkah untuk tubuh, memberi kekuatan untuk melakukan ibadah dan kebaikan bagi umat.